Acep Zamzam Noor
Kau
yang diselubungi asap
Kau
yang mengandap seperti candu
Kau
yang bersenandung dari balik penjara
Tanganmu
buntung karena menyentuh matahari
Sedang
kakimu lumpuh
Aku
mencintaimu dengan lambung yang perih
Pikiran
yang dikacaukan harga susu
Pemogokan
serta kerusuhan yang meletus dimana-mana.
Darah
dan airmataku tumpah
Seperti
timah panas yang dikucurkan ke telingan
Ku
bayangkan tanganmu yang buntung serta kakimu yang lumpuh.
Tanpa
menunggu seorang pemimpin
Aku
mereguk bensin dan menyemburkannya ke udara
Lalu
bersama mereka aku melempari toko
Membakar
pasar, gudang dan pabrik sebagai pernyataan cinta
Betapa
menyedihkan mencintaimu tanpa kartu kredit
Tanpa
kamar hotel atau jadwal penerbangan
Para
serdadu berebut ingin menyelamatkan bumi
Dari
gempa dahsyat.
Kuda-kuda
menerobos pagar besi
Sementara
aku melepaskan pakaian dan sepatu
Ternyata
mencintaimu tak semudah turun ke jalan raya
Menentang
penguasa atau memindahkan gunung berapi ke tengah-tengah kota
Aku
berjalan dengan kayu dipunggungku
Seperti
kereta yang menyeret gerbong-gerbong kesedihan
Melintasi
stasiun-stasiun yang sudah berganti nama
Ku
dengar bunyi rel yang pedih tengah menciptakan lagu
Gumpalan
mendung meloloskan diri dari mataku
Menjadi
halilintar yang meledakan kemarahan pada tembok dan spanduk.
Aku
mencintaimu
Dengan
mengerat lengan dan melubangi paru-paru
Aku
mencintaimu dengan menghisap knalpot dan menelan butiran peluru
Wahai
kau yang diselubungi asap
Wahai
kau yang mengendap seperti candu
Wahai
kau yang terus bersenandung meskipun sakit dan miskin
Wahai
kau yang merindukan datangnya seorang pemimpin
Tunggulah
aku yang akan segera menjemputmu dengan sebotol minuman keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar