Breaking News

Blogger news

Minggu, 22 Mei 2016

Kembang Tanjung

Karya : Soni Farid Maulana


Kau benar. akhirnya aku kembali ke dalam sunyi. Pintu hatiku, yang aku buka seluas tujuh tahun cahaya, menyebabkan angin sedingin jantung si mati bersarang disitu. Jika angin itu menjelma badai, diriku hancur dibuatnya.

Kau benar, aku harus pergi ke dunia lain, menutup kembali pintu itu rapat-rapat. Kini aku mengerti, bahwa cinta, dan mencintai harus dibedakan, tidak boleh disandingkan dalam kursi yang sama. Sakit juga, ya, bila pada akhirnya, aku harus pamit dari kehidupan orang yang aku cintai. Ya, kau pernah bertanya, apa sesungguhnya cinta itu? Kini aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu, selain terlempar ke ujung tanjung, dunia sunyi, sepi, seperti sumur tua, yang airnya absen dikoyak timba purba. Periku, seandainya saat ini kau ada disisiku, kau pasti tertawa ngakak, “apa aku bilang!” begitu kau berkata.

Aku percaya pada awas mata batinmu yang mampu membaca masa depan, dan kau bilang, kelak aku akan snediri, bagai bintang mati dipojok jagat raya. Periku, apakah aku bisa hidup sendiri? Apakah dalam kesendirian itu aku bisa tenang menghadapi kematian, tanpa orang yang aku cintai? Kau bilang, mati itu sendiri, tanpa orang yang dicintai. Jadi belajarlah hidup sendiri. Periku, apa yang aku takutkan kini terjadi, betapa pamit itu menyakitkan. Betapa kematian kini membayang dihadapanku, dan aku dirindukannya sebagaimana dulu aku merindukan seseorang datang kepadaku, lembut bagai rembulan. Kau jangan tertawa ngakak? Jangan pula bilang, “pangkuanku terbuka lebar, seluas tujuh tahun cahaya! Selembut ciuman sang ajal di bukit golgota. Bukit merah anggur darah”

2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By VungTauZ.Com